“Merk laptop apa ya yang awet?”
“Pengen cari laptop buat kerja yang tidak gampang rusak”
Buat anda yang punya rencana mau beli laptop atau notebook, baik baru atau bekas, mungkin bingung dengan banyaknya pilihan. Apalagi yang ada pengalaman pernah punya laptop rusak. Padahal pemakaiannya biasa aja dan rasanya ga pernah kebentur apalagi jatoh.
Ternyata laptop yang kuat & awet bisa dikenali dengan ciri-ciri tertentu lho.
Artikel ini terutama untuk anda yang lagi mencari laptop Windows. laptop Windows. Kalo Mac sih, mungkin lebih enak ya memilihnya, karena pilihan model notebook Apple terbatas (cuma ada Macbook, Macbook Air, Macbook Pro), serta beda di tahun keluaran dan konfigurasinya.
Tapi kan tidak semua orang butuh Mac.
Nah di dunia PC, pilihan laptop banyak banget. Hal ini jadi kelebihan namun sekaligus kekurangan. Salah satunya bisa cukup bikin pusing kepala saat memilih laptop yang cocok. Bisa jadi survei berminggu-minggu pun masih tidak cukup. Banyak banget merk dan model. Belum lagi tiap beberapa bulan keluar model baru.
Tetapi sesuai dengan kata orang bijak. Pilihlah laptop sesuai dengan kebutuhan. Jadi hal pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan apa sih kebutuhanmu. Bakal dipakai untuk apa saja. Kemudian menentukan mana yang penting dan mana yang opsional atau ‘bonus’ aja.
Dicatat dulu semua. Misal jika bakal jarang ngegame, maka ga perlu laptop ber GPU macem GeForce. Butuh sering banget mobile? Cari yang ukuran kecil, ringan dan chargernya ga segede batu bata.
Di internet anda bisa dengan mudah melihat tabel spesifikasi. Baca dan nonton review, unboxing, dan lain-lain.
Namun ada satu hal yang sangat susah untuk direview, karena tidak kelihatan langsung dan berkaitan dengan waktu, yaitu durability.
Durability suatu tipe laptop susah diukur dari sekedar review.
Saya pernah punya pengalaman, beli laptop yang awalnya berasa best bang for the bucks, spek yang didapat berasa diatas harga. Namun dua tahun kemudian, mulai heboh di komunitas pemakai bahwa tipe laptop yang saya pake ternyata defective dalam heat management, dan jarang yang bisa survive diatas tiga tahun untuk pemakaian normal. Untungnya tipe ini tergolong mainstream, jadi banyak juga hack-hack dan tips modifikasi hardware yang beredar untuk mengatasinya. Namun tetap aja, setelah tiga tahun, laptopnya tidak jalan lagi. Buat sebagian dari anda mungkin tiga tahun sudah waktunya ganti laptop baru. Namun tidak semua orang seperti itu. Saya pribadi dengan pemakaian jarang-jarang tentu ekspektasi nya bisa pake selama mungkin.
Artikel ini ditulis dari sudut pandang pengguna atau calon pembeli, bukan dari sisi produsen. Jadi ga ada unsur promosi. Semua berdasarkan explorasi dari sumber artikel, forum, dan pengalaman saya, yang mudah-mudahan bisa membantu anda juga.
Untuk memilih, disini kita mau bahas satu aspek yang ternyata sangat membantu, yaitu kategori laptop: business dan consumer. Dan mengapa laptop bisnis grade menarik untuk dilirik.
Perbedaan mendasar laptop business dan consumer
Dari penamaannya sudah keliatan sih, business laptop diperuntukkan buat bisnis, alias enterprise, alias kantoran. Itu tipikal laptop yg biasanya banyak dibeli sama perusahaan buat karyawan-karyawannya.
Sedangkan consumer laptop menyasar pasar orang kebanyakan. Seperti rumahan, anak sekolahan, mahasiswa, dan lain-lain. Laptop jenis ini lebih banyak tersedia di pasaran, dan modelnya macam-macam.
Tiap produsen memiliki penamaan seri sendiri untuk jenis laptopnya. Misal di Lenovo, IdeaPad adalah seri consumer, sedangkan ThinkPad adalah seri bisnis. Di Acer, Swift dan Spin adalah versi consumer. Sedangkan seri bisnisnya bernama TravelMate.
Itu tadi berdasarkan peruntukan dasarnya. Namun aturan ini ga mengikat juga si. Sudah umum juga kalau orang rumahan beli laptop bisnis, dan sebaliknya perusahaan juga banyak yang pakai laptop kelas consumer.
Jadi mending yang mana?
Buat yg mencari durability dan kualitas, bisa mempertimbangkan laptop bisnis. Kenapa? Laptop kelas bisnis yang dirancang buat enterprise umumnya punya durabilitas lebih. Lebih dirancang untuk bisa diandalkan buat diajak kerja. “Just works” atau “get things done”, trouble free, mudah dimaintain, tidak gampang rusak, tidak gampang rewel, tidak boleh ada downtime.. Soalnya ngurusin itu semua kalau di bisnis = duit… Waktu dan uang melayang percuma. Produktifitas turun, kerja tidak tuntas, butuh sering manggil IT support, dan lain-lain.
Untuk versi panjangnya, mari kita simak ciri khas dari masing-masing laptop.
Ciri Laptop Business
1. Speknya nggak neko-neko. Standar aja, nggak wow.
Bahkan laptop ini agak ketinggalan jaman. Misal intel sudah ngeluarin CPU generasi baru dari kapan, tapi yang dipakai di laptop ini masih generasi sebelumnya, alias pakai yang lama. Laptop bisnis tidak terlalu terobsesi untuk stay up-to-date dengan latest technology. Good, old, proven, reliable, are mostly better for them. VGA juga biasanya terintegrasi. bukan diskrit. Karena less component less failure. Kecuali beberapa tipe bahkan vendor VGA kelas professional seperti quadro untuk akomodasi program CAD.
2. Build quality lebih kokoh.
Laptop bisnis punya karakteristik tahan dibawa kesana kemari sewaktu travelling atau sekedar berpindah-pindah dalam kantor ke ruang meeting. Karena laptop kantor dipakai oleh karyawan, kebayang sendiri kalau bukan milik sendiri perlakuannya akan beda kan. Tidak perlu disayang-sayang. Maka laptop jenis ini harus bisa mentolelir kecerobohan-kecerobohan umum, seperti kepentok, jatuh dari meja, atau keyboard ketumpahan minuman. Beberapa bahkan diajak ke medan berat macam pabrik atau tambang. Maka body laptop harus dibikin kayak panser. Engselnya harus kokoh. Untuk body, lupakan alumunium yg gampang penyok. Yang ini pakai plastic reinforced atau serat karbon, casing magnesium. Maka biasanya laptop bisnis tertentu ada sertifikasi khususnya. Misalnya MIL-STD 810G. Atau kalau mau lebih ekstrim dengan sertifikasi militer lebih tinggi, misalnya Toughbook. Kalau yang jenis ini, sudah tidak seperti laptop umum. Banyak bempernya, sehingga cocok buat diajak ke lapangan.
3. Internal komponen lebih berkualitas.
Hmm, saya nggak bisa komen detail masalah ini, soalnya minim sumber dan spek beginian biasanya tidak diekspos. Tapi logikanya barang yang tangguh harus punya komponen yang lebih tangguh kan.
Kalau kita merakit PC, motherboard dengan soket prosesor yang sama, harganya bisa beda-beda. Ada yang 500ribuan, ada yang 3 jutaan lebih. Itu karena komponen yang dipakai kualitasnya atau grade nya juga beda (PCB, kapasitor, dan lain-lain).
Demikian pula Laptop bisnis sudah semestinya tidak mencoba cost cutting gede-gede dalam hal ini.
4. Tampilan serius & membosankan, nggak sexy.
Serious look, formal, dan mengutamakan fungsionalitas ketimbang estetika. Desainnya juga konservatif dan bukan yang love it or hate it. Cari aman aja. Tidak ada logo berpendar, atau desain juvenil yg kayak alien atau predator. Tentunya banyak juga yang lebih prefer desain seperti ini.
5. Tidak banyak fitur dan gimmick.
Lampu keyboard RGB warna warni? Lupakan. Speaker banyak dan dituning sama perusahaan audio beken? Jarang-jarang.
6. Keyboard spesial.
Laptop bisnis serius di keyboard, terutama buat hardcore typist. Harus memuaskan. Travel key-nya dalam. Idealnya juga nggak pake sunat-sunat tombol demi estetika, misalnya tombol page up, down, home, dan end, harus tersendiri. Tidak digabung tombol lain pakai tombol Fn. Sayangnya belakangan ini, demi mengejar ke-compact-an, banyak yang menyunat tombol seperti ini.
7. Banyak pointing device.
Buat pointing device saja biasanya dikasih trackpoint dan trackpad sekaligus. Anda mungkin berpikir itu teknologi jaman purba. Tapi hardcore typist banyak yang prefer itu.
8. Layarnya ga glossy.
Seringkali pakai matte panel atau dilengkap anti-glare (yang tidak memantulkan cahaya). Jadi dioptimalkan untuk kerja. Kualitas layar tidak jaminan bagus, bahkan kadang masih pakai TN panel yang warnanya jelek. Perlu jadi catatan disini, jadi walaupun bisnis grade, bukan berarti cocok buat bisnis di bidang grafis. Anda harus perhatikan ini dengan seksama. Cek layarnya dulu. TN panel warnanya tidak sebagus IPS (tidak cerah). Dan sudut pandangnya terbatas. Tapi kadang malah dijadikan fitur, soalnya jadi susah diintip dari samping, sehingga lebih secure, hahaha. Kembali lagi, pastikan cari yang layarnya minimal berteknologi IPS dan yang setara.
9. Pro Operating System.
Kalau built-in Windows, seringkali edisi yang pro, bukan yang home edition, karena versi ini ada fitur tambahan buat bisnis. Misalnya yang paling mencolok adalah fitur remote desktop, untuk me-remote dari PC lain. Fitur lain adalah enkripsi storage/bitlocker, yang membuat data aman kalau laptop hilang.
10. Cenderung lebih gampang dimaintain.
Misalnya batere bisa diganti sendiri, atau gampang buka casing bawah untuk ganti-ganti sendiri, atau maintenance bay. Setahu saya, seri thinkpad yang lama bahkan ganti LCD cenderung gampang. Bisa cari tutorial Youtube-nya. Namun Thinkpad model baru, terutama seri yang tipis-tipis/ultrabook, umumnya udah tidak se-fleksible dahulu.
11. Garansi lebih lama.
Umumnya seri laptop bisnis bergaransi lebih lama daripada laptop kelas consumer. Bisa dua atau bahkan tiga tahun, bahkan lebih. Kenapa vendornya berani? Karena memang barangnya tidak gampang rusak. Tentunya vendor tidak mau rugi reputasi dan uang, dong.
Ini berkaitan dengan kualitas komponen di poin 3. Juga sasis yang kuat yang melindungi internal komponen di dalamnya.
12. Fitur proteksi data & sekuriti.
Data dalam bisnis itu penting, rahasia, dan berbanding lurus dengan uang. Selain fingerprint scanner yang sudah umum ditemui di laptop modern, biasanya laptop bisnis juga memiliki tambahan hardware sekuriti misalnya modul TPM (Trusted Platform Module). Chip tambahan ini bekerja sama dengan fitur BitLocker di Windows Pro yang berguna untuk mengenkripsi data. Sehingga misalnya laptop hilang, orang lain tidak bisa membaca data yang tersimpan dalam storage. Ada juga tambahan sekuriti lain seperti smart card reader yang bertindak seperti “kunci” sebelum bisa mengakses data.
Lalu jika laptopnya masih pakai hard disk (yang mana sudah jarang), maka ada tambahan fitur proteksi goncangan. Seperti kita tahu harddisk adalah perangkat mekanikal yang sensitif, jadi ketika laptop dalam keadaan menyala dan ada goncangan, fitur ini bakal otomatis memarkir sementara hard disk, supaya tidak rusak dan data tidak korup. Selain itu build quality yang kokoh di point nomer 2 di atas juga lebih menjamin proteksi komponen-komponen di dalamnya.
13. Ada aksesoris add on docking.
Biasanya ada optional accessories (beli terpisah) seperti docking untuk ditancapkan banyak port dan display untuk pemakaian di meja. Ada yang menempel di laptopnya, dan ada juga yang terpisah memakai USB.
14. Mahal.
Yang ini kelemahan utama, hahaha, karena semua kelebihan di atas ditebus dengan harga yang lebih mahal. Nama besar macam Thinkpad bahkan menurut saya dijual dengan harga baru yang bisa dibilang overpriced.
Ciri Laptop Consumer
Tanpa harus dijelaskan panjang lebar (karena yang diatas sudah terlalu panjang, hahaha..), tentu selain dari ciri-ciri yang disebutkan diatas. Intinya laptop consumer lebih terjangkau dari sisi harga per spesifikasi, lebih cutting edge, mengikuti perkembangan hardware terbaru, dan perputaran modelnya lebih cepat.
Tipe yang tersedia juga jauh lebih banyak. Dan terbagi lagi di kategori yang lebih spesifik, misal gaming, multimedia, dan lain-lain.
Dari sisi harga, umumnya laptop ‘best value’ ada di kategori consumer.
Jadi kalo anda menemukan tipe yang murah tapi speknya tinggi (spek diatas kertas), yaa biasanya ada di laptop kategori ini. Laptop konsumer sangat laris dan kompetitif, jadi fitur dan harga antar produsen bersaing ketat musti dipepet2.
Tentu ada uang, juga ada rupa. Tergantung produsen, untuk menekan harga agar produknya kompetitif, mau cost cutting di bagian mana (yang seringkali kita tidak tahu).
Saran pembelian: Apa sebaiknya beli laptop bisnis aja?
Laptop Baru
Jika anda mencari laptop baru, kalau misal ada budget, dan kehandalan adalah prioritas utama, dan anda mau berkompromi di keterbatasan-keterbatasan yang disebut diatas, maka anda tentu perlu mempertimbangkan untuk melirik model laptop bisnis.
Mungkin awalnya agak kaget dengan harganya, namun itulah yang harus dibayar untuk menjamin kehandalan. Makanya dari sisi harganya akan dicharge premium, atau bahkan overpriced.
Harga mulai worth it jika disertai garansi yang lama dan vendornya punya track record purna jual yang bagus. Kalau tidak ya jangan dibeli. After sales atau purna jual ini penting. Walo laptop mahal seharusnya lebih ga rentan rusak, namun tetep bisa aja terjadi.
Kadang-kadang produsen juga menawarkan perpanjangan garansi dengan menambah harga tertentu.
Cek website resminya, apakah ada service center di kota anda, atau kota terdekat. Liat forum-forum dan googling juga pengalaman orang tentang purna jualnya.
Laptop Bekas
Nah, jika anda dengan alasan apapun memutuskan untuk beli laptop bekas, maka ini baru highly recommended untuk cari yg model business grade. Bahkan keharusan.
Pada laptop bekas, kita tidak tahu bagaimana pemakaian sebelumnya. patokan kita mungkin cuma dari kondisi fisik yang terlihat. Apakah laptopnya dulu santai atau capek.
Laptop business kan memiliki komponen berkualitas, itu jadi salah satu faktor yang bikin awet lama. Laptop jenis bisnis ini banyak beredar dan laris di pasaran barang bekas. Biasanya perusahaan besar yang memakai laptop bisnis meremajakan armada laptopnya tiap periode waktu tertentu. Misal tiap lima tahun. Lalu laptop-laptop lama beredar di pasaran barang bekas. Kebanyakan masih bekerja lancar. Jadi masih berharga, cuma ketinggalan jaman spek-nya saja. Still usable kok.
Seri Laptop bisnis dari berbagai vendor.
Nah dari tadi udah bahas panjang lebar. Jadi sekarang, apa aja seri yang termasuk tipe bisnis ini? Inilah contoh yang populer:
- Lenovo: seri Thinkpad
- Dell: seri Latitude, Vostro
- HP: seri Elitebook
- Asus: Zen Book Pro dan Asus Pro
- Acer: TravelMate
Untuk merk lain, cara termudah untuk mengeceknya adalah ke situs resminya. Lalu di katalognya, pilih kategori “bisnis”, atau “work”, dan semacamnya.
Pilih merk apa?
Ini agak kompleks ya, kalo kita tanya ke beda orang, jawabnya juga beda karna pengalamannya berbeda-beda. Your mileage may vary. Kadang terbentuk stereotipe tertentu bahwa merk A gampang rusak, merk B awet. Bisa jadi karna merk A populasinya banyak dan jenisnya laptop consumer murah. Jelas aja lebih gampang rusak. Padahal merk A tersebut juga punya seri bisnis yang grade nya lebih tinggi. Atau seri laptop A yang dirilis di tahun tertentu lagi zonk. Sering terjadi, entah desain pendinginannya nya jelek, ato kebagian chip defective yang selalu bermasalah dengan driver.
Ada hal menarik disini, bahwa umumnya merk laptop ternyata tidak memproduksi sendiri laptopnya, melainkan diserahkan ke OEM (Original Equipment Manufacturer). Kalo kasarannya cuma pesen trus tempel label merk.
Jadi merk-merk yang kita kenal kayak Asus, HP, Dell dll sejatinya dibikin (dimanufaktur, bahkan sebagian besar juga didesain) oleh perusahaan-perusahaan Taiwan dan China yang mungkin anda ga familiar dengan namanya seperti Pegatron, Quanta, Compal, dan lain-lain.
Bahkan beda produsen juga bisa pake OEM yg sama. Merk kayak HP, Asus, dll jadi fokusnya ke jualan, distribusi dan purna jual.
Jadi Banyaak sekali faktor.
Untuk meminimalkan resiko, ya itu tadi, pertama, pilih seri bisnisnya. jangan seri consumernya.
Kedua, pilih merk dan tipe yang paling mainstream. Dengan alasan semakin banyak populasinya, semakin terdokumentasi di komunitas dan forum-forum. Sehingga jika ada issue dan butuh utak atik, sudah banyak diskusinya, banyak orang udah tau kelebihan dan kelemahannya, work around nya, tips-tipsnya, dan lain-lain. Semakin banyak juga suku cadang yang tersedia, baik original, baru, bekas maupun third party.
Tipe kyk Lenovo Thinkpad punya basis penggemar fanatik yang besar. Sehingga tergolong cukup mudah untuk mencari referensi. Jadi tipe ini cukup highly recommended. Ga heran barang bekasnya juga sangat populer.
Kadang ada tipe laptop serinya yang numpang lewat, atau beredar cepat lalu tidak kedengaran lagi. Hindari yang seperti ini. Malah kalau produsen ngerilis seri dengan penamaan baru, mending jangan dibeli. Tunggu revisi atau generasi berikutnya.
Untuk Mac
Yuk kita bahas Mac sedikit saja. Seri yang paling relevan dengan kelas bisnis adalah Macbook Pro. Tapi pada dasarnya semua seri bagus.
Menurut saya, karena Mac tidak bermain di kategori budget, dan laptopnya masuk ke kategori premium semua (dengan harga yang dibanderol premium pula), maka kualitas yang didapat juga sesuai ekpektasi barang premium. Jadi ga heran kalo ada stereotipe laptop-laptop Apple itu awet. ya emg bukan barang low end.
Di luar negeri, dimana ada Apple Store (yang dikelola Apple, bukan pihak lain) dengan purna jual yang terkenal bagus, maka harga Mac, walau mahal jadi lebih sepadan dengan apa yang didapat.
Sayangnya di Indonesia purna jual rasanya belum sebagus itu. Jadi lebih menikmati harga mahalnya saja hehehe (harga sini lebih mahal dari di luar). Jika anda butuh Mac dan harus pake Mac, tentu mau tidak mau terpaksa beli. Seperti halnya ciri khas barang premium, bekasnya pun banyak yang masih berjalan dengan bagus. Ini bisa jadi alternatif untuk pilihan yang lebih terjangkau.
Salah satu kelebihan Mac yaitu modelnya terbatas jadi populasi pemakainya juga banyak, sehingga masuk kategori barang mainstream (secara global). Plus operating system-nya juga gratis.
Jadi segitu dulu hari ini. Intinya laptop bisnis bukan jaminan tidak akan rusak. Namun dengan melihat karakteristiknya, maka kemungkinan awetnya lebih tinggi. Tentu saja juga berkaitan dengan perlakuan dari si pemakai. Walaupun laptop anda bersertifikat MIL-SPEC (military specification), jangan sengaja dibanting-banting ya.
Gambar sumber berasal dari promotion material dari situs resmi masing-masing vendor.