Java atau Jawa, adalah pulau terpadat di indonesia. Namun kalo anda googling java, hasil yang keluar di halaman 1 bukanlah tentang pulau, bukan pula tentang suku atau budaya Jawa, melainkan tentang bahasa pemrograman dan platform teknologi yang dimiliki perusahaan Oracle. Kenapa teknologi ini kok dinamai Java, adakah hubungannya dengan Indonesia?
Mari kita ngobrolin hubungan agak ruwet diantara semuanya ini. Mulai dari istilah Java, logo nya yang berupa kopi, hingga cerita JavaScript dan hanacaraka.
Di dunia teknologi informasi dan komputer, memang nama Java sangat populer. Dan ternyata teknologi ini ga ada hubungan langsung dengan pulau Java. Pencipta java bukan orang indonesia dan bukan orang jawa. Beliau adalah James Gosling, orang Kanada. Java lahir di perusahaan Sun Microsystem, tempat dimana dulu James Gosling dan timnya bekerja. Konon awalnya bahasa ini dinamai Oak berdasarkan pohon oak yang ada di luar kantor mereka. Namun sayangnya mereka ga bisa lanjut pake nama Oak, karena udah jadi merk dagang perusahaan lain yaitu Oak Technologies.
Jadinya tim developer proyek ini berembug merundingkan nama baru. Ada berbagai nama yang diusulkan, diantaranya: DNA, Silk, Ruby, dan… Java. Siapa pencetus ide nama Java? Kalo dicek dari berbagai artikel, hal ini tidak terlalu jelas, dan ada banyak versi cerita. Namun di amerika sana, java adalah sebutan lain dari kopi.
Udah lazim para software engineer mengkonsumsi kopi, dan ada banyak sebutan atau bahasa slang dari kopi, misalnya Joe, dirt, mud, brew, dll. Selain nickname dari kopi, Java juga punya arti lebih spesifik sebagai salah satu tipe kopi, yaitu java coffee. kopi yang dibudidayakan di indonesia.
Dari berbagai kandidat nama, hasilnya nama Java yang terpilih. Mereka mengusulkan ke nama itu ke lawyer, approved. Dan selanjutnya adalah sejarah. Java sendiri selain singkat, unik mudah diingat dan juga keren!
Ok jadi Java yang programming itu disini, asosiasinya bukan pulau jawa, melainkan kopi. Bahkan logonya pun juga secangkir kopi.
Kenapa Java = Kopi?
Gimana ceritanya disana istilah java diasosiasikan dengan kopi?
Ternyata Ini berakar dari sejarah pahit di masa kolonial tahun 1700-1800an. VOC alias kompeni belanda merupakan pelopor pengimpor kopi dalam skala besar. VOC membudidayakan kopi di Jawa hingga pulau ini jadi salah satu sumber penghasil kopi terbesar, yang kemudian kopinya jadi sangat populer di Eropa, kopi Java.
Saat ini pun, Indonesia masih menjadi negara penghasil kopi yang besar, ada di peringkat 4 dunia.
Istilah-istilah dalam dunia Java
Balik ke Bahasa pemrograman, Karena namanya Java, maka selanjutnya bisa ditebak bermunculanlah istilah-istilah di ekosistem teknologi java yang berhubungan dengan Kopi, misalnya ada Java Beans, VisualCafe, dan Caffeine. Konon markas java di kantor Sun Microsystem, juga memiliki ruang-ruang meeting yang dinamai berhubungan dengan kopi. Disitu ada ruang meeting bernama Jakarta, hingga diadopsi jadi nama Jakarta Project, yang dahulu menaungi berbagai proyek-proyek open source dalam platform java. Nah ibukota kita jadi kebawa-bawa deh.
JavaScript
Ini bahasa pemrograman lagi, yang super populer karena merupakan bahasa pemrograman standar yang dipakai pada web browser.
Walaupun nama JavaScript mengandung kata “Java”, sebenarnya secara teknologi bahasa ini ga ada kaitannya dengan bahasa pemrograman Java.
Makin bikin bingung ya. Tapi bisa diruntut dari sejarahnya.
JavaScript diciptakan di perusahaan Netscape oleh pegawainya yang bernama Brendan Eich. Bahasa ini dirancang sebagai bahasa scripting yang berjalan pada browser Netscape. Ketika awal dikembangkan, bahasa ini bernama Mocha, lalu berganti jadi Livescript. Hingga akhirnya dinamai JavaScript.
Kenapa JavaScript mengandung kata “java”, kalo ga berhubungan dengan Java?
Ketika itu, Internet dan World Wide Web sedang tumbuh serta makin booming, dan Netscape adalah browser yang ngehype banget. Di saat yang bersamaan, Java adalah term atau jargon yang juga ngetren dan menjual banget pada industri TI. Java juga bisa jalan di web browser, melalui teknologi yang bernama java applet, dan Sun Microsystem sebagai vendor Java lagi getol-getolnya mempromosikan teknologi ini.
Memanfaatkan momentum yang bagus, kedua perusahaan ini membuat kesepakatan dan menamakan bahasa scripting browser baru milik Netscape sebagai JavaScript.
JavaScript diposisikan sebagai bahasa scripting penunjang Java dan Netscape berusaha memirip2kan sintaksnya dengan Java.
JavaScript dipake untuk programming interaksi pada halaman web namun kebanyakan sebatas hal-hal yang sederhana aja, misalnya untuk validasi form, nampilin tanggal, jam, animasi kursor mouse, dll. Sedangkan Java applet lebih canggih, semacam aplikasi yang dijalankan di web page, misalnya games.
Ya begitulah sejarahnya, Ternyata nama JavaScript dipilih sebagai pertimbangan marketing.
Jadi javascript, lagi-lagi ga ada kaitan ama pulau jawa di indonesia tercinta. Padahal, kalo diartikan secara literal, java script bisa berarti = aksara jawa.
Jadi hanacaraka pada dasarnya adalah original javaScript ya :-D.
Apakah ada yang mengadopsi ide ini?
Yup pernah ada, namanya adalah “Carakan” Engine.
Opera Carakan
Opera adalah browser yang tergolong tua, dan masi eksis sampe sekarang.
Di akhir 90an dan tahun 2000 an, Opera adalah alternatif dari browser utama kyk IE dan Firefox. Browser ini cukup banyak penggemarnya setianya dan ketika itu memiliki pertumbuhan yang lumayan.
Opera dahulu memiliki engine bikinan sendiri, namanya Presto. Salah satu bagian dari engine adalah javascript engine yang tugasnya mengeksekusi kode javascript di web page.
Di tahun 2009, mereka merilis Javascript engine baru yang namanya sangat menarik: Carakan.
Penamaannya literally berbasis dari java script itu sendiri alias dalam konteks aksara jawa. Karena Carakan = javanese script, alias hanacaraka
Ketika itu Di blog rilisnya mereka mention kalo “it’s the purest Java Script“.😄
Sayangnya Opera kemudian menghentikan pengembangan engine miliknya dan beralih pake Blink yang merupakan engine sama dipakai google Chrome. Jadi Carakan udah pensiun, ga dipake lagi.
Demikianlah sekilas cerita tentang Java, Javascript, kopi dan pulau jawa. Yang memiliki hubungan secara ga langsung.
Jadi ga salah juga ya kalo wong jowo, walaupun bukan programmer, mencantumkan bahasa java pada CV nya, karena semua orang jawa belajar “bahasa java” dan “java script” sedari bangku sekolah dasar.
Bonus Paragraf:
Kita tadi sempet bahas tentang sejarah teknologi Java di web browser. Bagaimana nasib Java Applet selanjutnya?… Tenggelam. Popularitasnya kalah ama Flash, yang jadi raja di web multimedia dan rich web app, dan kemudian selanjutnya Flash juga tenggelam dan pensiun, Seiring oleh boomingnya smartphone dan tablet, dimana Apple enggan mengadopsi Flash di semua perangkat mobile nya. Ujung-ujungnya JavaScript yang survive, makin kuat, canggih dan berjaya hingga kini. JavaScript bersifat standar terbuka. netral dan ga dikuasai oleh perusahaan tertentu.
Bahasa Java sendiri tetap strong di luar webpage. misal server, desktop dan aplikasi mobile terutama Android. Mereka menemukan jalannya masing-masing.
Referensi:
- https://en.wikipedia.org/wiki/Java_(programming_language)
- https://www.geeksforgeeks.org/the-complete-history-of-java-programming-language/
- https://www.infoworld.com/article/2077265/so-why-did-they-decide-to-call-it-java-.html
- https://www.littlecoffeeplace.com/why-is-coffee-called-java
- https://en.wikipedia.org/wiki/List_of_countries_by_coffee_production
- https://www.springboard.com/blog/history-of-javascript/
- https://dev.opera.com/blog/carakan/
- https://en.wikipedia.org/wiki/Presto_(browser_engine)
- https://en.wikipedia.org/wiki/Javanese_script
- https://web.archive.org/web/20090415220829/http://my.opera.com/ODIN/blog/carakan-faq
- https://coffee.org/pages/20-slang-terms-for-coffee
- https://en.wikipedia.org/wiki/Coffee